TANPA PETA MAKA TIDAK ADA GEOGRAFI

Kalimat tersebut di atas merupakan kalimat yang disampaikan oleh Sukendra Martha, Sekretaris Utama BAKOSURTANAL yang menukil pendapat I Made Sandi, pakar Geografi UI, pada saat pembukaan acara Woskhop Baca Peta di Universitas Negeri Semarang (UNNES) pada tanggal 4 Juni 2009.

Selanjutnya dijelaskan oleh Sukendra Martha bahwa apabila peta dilupakan maka bagian-bagian tentang geografi tidak bisa dilakukan, karena peta merupakan presentasi dari rupa bumi.  Di dalam peta terdapat 3 hal yang saling berhubungan dan merupakan pengetahuan teknologi geografi yaitu kartografi, penginderaan jauh dan sistem informasi geografi.


Selain menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan peta secara fisik, maka sempat disinggung pula oleh Sukendra, yaitu PP No. 57 Tahun 2007 tentang tarif produk BAKOSURTANAL yang merupakan dasar untuk menjual produk-produk hasil survei dan pemetaan yang telah dilakukan oleh BAKOSURTANAL beserta hasil turunannya.

Pada saat yang sama Ketua Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Apik Budi Santoso melaporkan bahwa workshop diikuti oleh lebih dari 60 peserta yang terdiri dari guru geografi tingkat SMA dan guru IPS tingkat SMP se-Jawa Tengah dan para staf pengajar FIS UNNES. 

Materi yang disampaikan di dalam workshop antara lain Teknik Membuat Peta oleh Bambang Riadi, Membaca Peta Rupabumi oleh Priambodo, Sumberdaya Alam Pesisir Indonesia oleh M. Yulianto, ketiga pembicara di atas berasal dari BAKOSURTANAL.  Selain dari BAKOSURTANAL, maka pembicara dari UNNES antara lain mengenai Fungsi dan Aplikasi Peta Rupabumi oleh Juhadi dan Penggunaan GPS yang disertai dengan praktek lapangan oleh Heri Tjahjono.

Hal yang penting juga disampaikan oleh Subagyo, Dekan FIS UNNES, bahwa pelaksanaan pembangunan harus bijak dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada dan untuk mengetahui kondisi geografi wilayah yang kita punyai maka harus diawali dari membaca peta.

Dalam rangkaian acara workshop baca peta, maka diselenggarakan juga Studium General dengan tema “Peranan Peta dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam di Indonesia”, sebagai Narasumber adalah Sekretaris Utama BAKOSURTANAL, Sukendra Martha.  Studium general ini diikuti oleh 196 mahasiswa berbagai jurusan yang memanfaatkan peta untuk studinya  antara lain Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi,  Program Studi Geografi (S1) dan Program Studi Survei dan Pemetaan Wilayah (D3).  Pada saat dilakukan diskusi, terdapat pertanyaan tentang mengapa Sipadan dan Ligitan bisa jatuh ke tangan Malaysia dan bagaimanakah sikap BAKOSURTANAL terhadap Ambalat? Sukendra menyatakan kebanggaannya, ternyata rasa cinta tanah air dan kepedulian mahasiswa terhadap bangsa dan negara cukup besar, hal tersebut harus terus tertanam tanpa melupakan kewajibannya sebagai mahasiswa untuk belajar. Sipadan dan Ligitan jatuh ke tangan Malaysia karena menurut Mahkamah Internasional , pemerintah Malaysia lebih memerhatikan perkembangan dan kemajuan wilayah Sipadan dan Ligitan dibandingkan dengan pemerintah Indonesia, salah satu buktinya Malaysia membangun sebuah resor di wilayah tersebut untuk menarik para wisatawan. Sedangkan untuk Ambalat, pemerintah Indonesia tetap memperjuangkan agar Ambalat termasuk dalam wilayah NKRI meskipun sampai saat ini belum ada pertemuan khusus antara kedua negara untuk membicarakan masalah tersebut.

Oleh : Lestari


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar